🎉 Jangan Menyisakan Makanan Dalam Piring Karena Itu Perbuatan

Karenaitulah, jangan menyisakan makanan (baik di piring maupun yang ada di jari). Wassalamu alaikum Dankalau ternyata barokah yang diberikan oleh Tuhan terdapat pada sisa makanan itu, sama saja dengan menyia - nyiakan barokah dari Tuhanmu. Dari Jabir: "Rasul SAW menganjurkan supaya membersihkan sisa makanan di piringnya atau jarinya, sabdanya: "Kalian tiada tahu pasti, di bagian manakah makananmu yang mengandung berkah itu"(HR.Muslim). Tidakisraf, membeli makanan secukupnya, mengambil makanan secukupnya, habiskan makanan di piring makan dan perbanyak sedekah. Percayalah dengan melakukan hal yang sederhana ini, kita dapat mencegah kelaparan penduduk bumi dan juga mencegah perubahan iklim. Mulai dari diri sendiri dan mulai dari hal yang kecil, lalu ajaklah orang di sekitar kita. * Berikutadalah 5 hal yang dilarang dilakukan saat menyantap makanan menurut Islam. Tidak mencela makanan Sering kita mengomentari makanan yang akan kita santap. Entah dari rasanya yang terlalu asin atau dari tampilannya yang tidak sedap dipandang. Perkataan semacam ini perlu diwaspadai karena bisa jadi termasuk ke dalam perbuatan mencela makanan. Mungkinbisa dikatakan jijik jika menjilatnya di tengah-tengah makan, kemudian di sini nampak bekas air liurnya. Namun kalau menjilatnya setelah selesai makan atau melihat ada sisa pada piring, maka seperti itu adalah bagian dari yang ia makan. Boleh makan dengan seluruh jari, misal ketika makan nasi dan semacamnya. Bilaselesai dari makan lalu masih tersisa di pinggir piring sisa-sisanya mereka tidak menghabiskannya. Perbuatan seperti ini menyelisihi perintah Nabi Muhammad ﷺ!" (Syarah Riyadhus Shalihin, III/532) Semoga kita tergolongkan dalam pihak yang menerapkan semua sunnah Nabi Muhammad ﷺ lalu mengajak serta orang lain padanya. Wallahu A'lam Bishawab. Menyisakanmakanan dan membuangnya termasuk perbuatan tercela dalam Islam karena hal itu termasuk perbuatan menyia-nyiakan harta dan nikmat Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah benci terhadap tiga hal, yaitu berita palsu atau gosip, menyia-nyiakan harta atau makanan, dan banyak meminta. Oleh A. Hamid Husain (Alumni Pondok Modern Gontor, King Abdul Aziz University, dan Ummul Qura University) Salah satu perbuatan yang dimurkai Allah SWT, adalah seenaknya menyisahkan dan membuang buang makanan dan minuman. Kebiasan menyisahkan air minum di gelas dan botol, atau makanan tersisa di piring, segera hentikan, karena bisa jadi penyebab seretnya rezeki dan terbuangnya Mengambilmakanan menggunakan sendok yang berbeda. Jangan menggunakan sendok yang kamu pakai untuk makan untuk mengambil makanan dari piring-piring di tengah meja. Kalau kamu sampai keliru, orang Vietnam menganggap hal itu sebagai perbuatan tidak menyenangkan. Baca: Liburan ke Jepang, Ini 5 Hal yang Wajib Dilakukan di Tokyo. Memakai sumpit . USAHAKAN TIDAK ADA MAKANAN YANG TERSISA DI PIRING ! Kita jangan pernah menganggap menyisakan makanan itu adalah perbuatan yang sah-sah saja untuk dilakukan, padahal perbuatan tersebut adalah perbuatan yang menyelisihi Sunnah. ▫ Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ، قَالَ " فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمُ الْبَرَكَةُ ". "Nabi Muhammad ﷺ menyuruh kami untuk menghabiskan semua makanan yang di piring. Beliau ﷺ bersabda 'Karena kalian tidak tahu makanan mana yang membawa berkah'." HR. Muslim 2034 Jangan kita meremehkan sunnah ini. Lantaran kebaikan dan berkah pada diri seseorang tentunya tidak lepas dari peran serta makanan yang berkah yang masuk pada tubuh seseorang. ▫ Asy-Syaikh Muhammad Al 'Utsaimin berkata saat menjelaskan kedudukan sunnah ini وهذا أيضاً من السنة التي غفل عنها كثيرٌ من الناس مع الأسف كثير من الناس حتى من طلبة العلم أيضاً، إذا فرغوا من الأكل وجدت الجهة التي تليهم ما زال الأكل باقياً فيها، لا يلعقون الصحفة، وهذا حلاف ما أمر به النبي صلى الله عليه وسلم Ini juga termasuk sunnah yang banyak diabaikan oleh manusia. Yang sungguh disayangkan, banyak orang bahkan para penuntut ilmu [ orang yang sudah ta'lim, pent] mengabaikan sunnah ini. Bila selesai dari makan lalu masih tersisa di pinggir piring sisa-sisanya mereka tidak menghabiskannya. Perbuatan seperti ini menyelisihi perintah Nabi Muhammad ﷺ!" Syarah Riyadhus Shalihin, III/532 Semoga kita tergolongkan dalam pihak yang menerapkan semua sunnah Nabi Muhammad ﷺ lalu mengajak serta orang lain padanya. Wallahu A'lam Bishawab. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Apakah Indonesia merupakan negara miskin atau dalam istilah halusnya negara berkembang ? Tidak, bukan. Indonesia adalah negara kaya jika hal yang dijadikan parameternya adalah "surplus makanan".Menurut banyak sumber, saat ini Indonesia memang tercatat sebagai negara urutan kedua di dunia yang memiliki "surplus makanan". Tiap tahun Indonesia memiliki "surplus makanan" 300 kg per orang atau total sebanyak 1,3 juta tetapi "surplus makanan" di sini bukan berupa kelebihan atau sisa makanan yang bisa dijaadikan sebagai cadangan, tapi merupakan kelebihan makanan yang terbuang begitu saja menjadi sampah makanan food waste. Sangat ironis memang. Di satu sisi masih banyak orang Indonesia yang kekurangan makanan, tapi di sisi lain banyak orang Indonesia yang suka membuang makanan begitu saja. Padahal jika dikonversi, jumlah sampah sisa makanan Indonesia itu ekuivalen dengan 27 triliun rupiah. Jumlah sampah sisa makanan itu juga cukup untuk konsumsi 28 juta penduduk selama satu tahun. Sementara itu di Indonesia sendiri menurut data BPS Biro Pusat Statistik Juli 2020, pada tahun 2020 ini masih ada 26,42 juta jiwa penduduk dengan perbandingan itu, seandainya sebagian penduduk Indonesia yang memiliki "surplus makanan" tidak suka membuang sisa makanannya itu dan kemudian "disubsidikan" kepada penduduk indonesia lainnya yang ada dalam garis kemisikinan, mungkin jumlah penduduk miskin akan berkurang secara saja bukan berarti sisa makanan itu dikumpulkan lalu diberikan kepada penduduk miskin. Akan tetapi orang-orang yang memiliki "surplus makanan" itu bisa menghemat atau bisa mengendalikan cara makan, gaya hidup, atau hal yang tak perlu lainnya berkenanaan dengan makanan sehingga mereka hanya mengkonsumsi pas sesuai kebutuhan makanan sebagian orang suka menyisakan makanannya ? Padahal hal tersebut merupakan perbuatan buruk, tidak terpuji, dan mubazir ? Banyak faktor mengapa sebagian orang suka menyisakan makanannya. Antara lain ada sebuah "ajaran" yang keliru sebagian orang, sehingga kemudian menjadi "tradisi" mereka ketika makan. Yaitu "jangan menghabiskan semua makanan di atas piring, sebagian harus disisakan".Hal itu mereka lakukan supaya ada kesan bahwa mereka bukan orang yang sedang kelaparan atau orang yang benar-benar sangat membutuhkan makanan. Sebab bagi mereka, hanya orang yang sangat kelaparan atau sangat butuh makanan lah yang suka menghabiskan makanan di atas piring. Dalam masyarakat Sunda ada istilah "kokoro manggih mulud", yang menggambarkan orang yang sangat kelaparan atau sangat butuh "kokoro manggih mulud" berkonotasi negatif sebab mengandung makna sebagai orang yang kemaruk atau aji mumpung makan karena baru menemukan makanan seperti itu. Nah orang yang suka menyisakan makanannya tidak mau dimasukkan kategori orang seperti "kokoro manggih mulud". Oleh karenanya demi menjaga "harga diri", mereka "harus" menyisakan sebagian makanannya di atas piring. 1 2 3 4 Lihat Lyfe Selengkapnya › Riset›Jangan Membuang Makanan! Kehilangan dan pemborosan makanan tidak hanya berdampak pada ketahanan dan keamanan pangan. Namun, hal itu juga bisa memberi kontribusi pada krisis lingkungan, khususnya pada perubahan iklim. Kompas/Priyombodo Pemberitahuan kepada warga yang hendak menikmati makanan dan minuman gratis dari relawan Sahabat Sedekah di kawasan Perumahan DKI Joglo, Jakarta Barat, Jumat 28/8/2020.Masih ingat dengan peringatan orang tua untuk selalu menghabiskan makanan yang kita santap di piring? Berbagai peringatan muncul dari orang tua. Seperti ”Ayo makanan dihabiskan, nanti ayamnya mati” atau ”Jangan membuang sebutir nasi, nanti nasinya nangis”. Saat itu, kita menuruti wejangan tersebut tanpa tahu artinya hingga membawa kebiasaan tersebut sampai orang tua tersebut benar. Intinya, jangan pernah membuang makanan yang telah disediakan oleh orang tua dengan susah payah. Mitos ayam peliharaan akan mati karena zaman dulu ayam masih mahal harganya dan anak-anak umumnya memiliki ayam peliharaan. Juga dengan nasi yang menangis terkait dengan membuang berkat yang sudah didapat. Namun, tanpa disadari masih ada kebiasaan buruk kita membuang makanan. Bisa sisa makanan di atas piring ataupun di alat masak. Bisa juga makanan yang membusuk di lemari pendingin sehingga tidak bisa ”Memperkuat Ketahanan Pangan melalui Pengurangan Pemborosan Pangan Ketut&Ahmad, 2012” juga menyebutkan perkiraan berapa ton beras yang terbuang jika setiap penduduk Indonesia menyisakan nasi satu butir di atas piringnya. Dalam 1 kilogram beras ada 50 butir nasi. Jika setiap kali makan satu butir nasi tersisa, berarti dalam sehari ada tiga butir yang akan terbuang. Diperkirakan dengan 250 juta penduduk, akan ada 15 ton per hari atau ton per tahun beras yang akan baru perkiraan di Indonesia. Bagaimana dengan negara lain? Organisasi Pangan dan Pertanian FAO menyebutkan, sepertiga makanan yang diproduksi atau sepertiga miliar ton makanan akan terbuang begitu saja. FAO juga mencatat, masyarakat di Eropa dan Amerika Utara menyia-nyiakan 95-115 kilogram makanan setiap tahun. Limbah makanan dari Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara berkisar 6-11 kilogram per dari laman The Guardian, hasil kajian Waste and Resources Action Programme WRAP, lembaga pengolah limbah di Inggris, 3,6 miliar ton makanan dibuang atau dimakan ternak setiap tahun dan lebih dari 10 kali sampah makanan dibuang oleh pedagang. Jika dihitung dengan uang, lebih dari 1 triliun poundsterling nilai makanan menjadi sampah sebelum mencapai juga Baznas Ajak Hotel dan Restoran Kurangi Sampah MakananSampah makananApa yang digolongkan sebagai sampah makanan food waste? FAO 2013 mendefinisikannya sebagai produk pangan yang masih layak untuk dikonsumsi ataupun yang telah rusak atau kedaluwarsa, tetapi dikeluarkan dari rantai pasok karena perilaku ekonomi dan manajemen stok yang buruk atau kelalaian. Sampah makanan terdiri dari food waste pemborosan pangan dan food loss kehilangan pangan yang keduanya memiliki arti dan kehilangan pangan ini menjadi salah satu indikator dari Indeks Keberlanjutan Pangan Food Sustainability Index yang diterbitkan oleh The Economist Intelligence Unit EIU bekerja sama dengan Barella Center for Food & Nutrition. Indeks ini diterbitkan mulai 2016 dan perhitungan sudah dilakukan hingga Indonesia untuk indikator ini terbesar dibandingkan dua indikator lain, yakni 61,4. Nilai tersebut masuk kategori buruk dan menduduki peringkat ke-53 dari 69 demikian, skor tersebut sudah menunjukkan perbaikan dari skor tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2016, nilainya 32,53 dan tahun 2017 sebesar 42, tiga tahun berturut-turut, posisinya bergantian dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Catatan Barilla 2017, setiap tahun masyarakat Indonesia membuang sampah makanan 300 kilogram. Adapun Saudi Arabia lebih banyak lagi, yakni 427 RADITYA MAHENDRA YASA Warga menjemur sisa nasi untuk diolah lagi menjadi makanan di Kampung Nelayan Tambaklorok, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa 28/4/2020. Berbagai cara dilakukan warga untuk dapat bertahan di tengah perekonomian yang sulit seperti saat juga Rapor Merah Keberlanjutan PanganKehilangan panganFood loss atau kehilangan pangan mengacu pada produk pangan yang terbuang sebelum sampai kepada pelanggan, seperti gagal panen dan ikan di laut yang teracuni. Nilai indeks 2018 sebesar 57,4, lebih rendah dibandingkan pemborosan indeks terendah disumbang oleh subindikator persoalan distribusi pangan terkait infrastruktur 25 persen. Bisa jadi nilai ini akan meningkat di masa pandemi terkait dengan terganggunya distribusi hasil pertanian karena ada pembatasan wilayah di beberapa sisi lain, permintaan konsumen di pasar yang berkurang juga mengakibatkan penumpukan produksi pertanian di beberapa sentra pertanian. Penurunan ini terkait dengan daya beli yang rendah karena pendapatan penduduk berkurang. Selain itu, sektor hotel, restoran, dan katering juga tutup. Penumpukan ini berpengaruh pada merosotnya harga pertanian di tingkat itu, menurut penelitian ”Memperkuat Ketahanan Pangan melalui Pengurangan Pemborosan Pangan”, kehilangan pangan di Indonesia umumnya terjadi sepanjang proses produksi dan rantai pangan, sejak dari tahap kegiatan produksi bahan mentah pangan usaha tani, pascapanen, hingga pengolahan. Nilai indeks subindikator proses produksi tersebut mencapai 97,3 pangan yang relatif besar umumnya terjadi pada bahan pangan dalam bentuk masih segar, seperti sayur. Adapun pada awal terjadi perubahan bentuk, seperti padi menjadi beras, jagung tongkol menjadi jagung pipilan, dan sayuran dalam bentuk tersebut juga menyebutkan, kehilangan pangan terbesar di dunia dari umbi-umbian, yakni 40 persen. Saat panen umbi, petani sulit mengenali tingkat kematangan umbi karena ada di bawah tanah. Jadi, umbi yang sebenarnya belum matang berpotensi ikut pangan kedua berasal dari buah dan sayuran yang mencapai 37,6 persen. Buah dan sayur lebih cepat membusuk. Jika membusuk, buah dan sayur tersebut di pasar tidak laku dan terbuang begitu EL HADAD Seorang warga di wilayah Sahel, Afrika. Lebih dari 5 juta warga di wilayah itu saat ini terancam kelaparan berat di tengah mulai merebaknya pandemi Covid-19 dan ancaman kekerasan panganBerbeda dengan kehilangan pangan yang terjadi di tingkat produsen, food waste atau pemborosan pangan terjadi pada konsumen. Semua produk makanan yang siap diolah atau disajikan untuk dikonsumsi, jika tidak habis, akan menjadi subindikator pemborosan pangan atau disebut end-user waste tercatat 69,6. Nilai terendah dari subindikator tersebut adalah aspek kebijakan untuk mengatasi food waste 44,4 persen, pengurangan food waste 50 persen, serta institusi yang mengurusi food waste mencapai 50 indeks Barilla tersebut benar. Sampai saat ini, upaya pemerintah masih sangat minim dalam mengatasi masalah pemborosan pangan. Hal ini karena tidak ada regulasi yang mengatur food waste. Regulasi terkait pangan berupa Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 mengenai Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi baru akan direvisi tahun ini. Menurut rencana, perpres tersebut akan mengatur mengenai kehilangan dan pemborosan dan Ahmad 2011 dalam penelitiannya menyebutkan, potensi pemborosan pangan sudah dimulai saat bahan pangan diperjualbelikan di tingkat pasar pengecer hingga tiba di rumah konsumen. Demikian juga dengan pangan yang terlalu lama disimpan di pasar karena tidak ada yang membeli atau pangan yang tersimpan lama di lemari pendingin konsumen. Sisa makanan di atas piring yang tidak dimakan pun bisa menjadi pemborosan pangan ini lebih pada gaya hidup dan ketidaktahuan bagaimana menyimpan makanan. Gengsi untuk menghabiskan makanan di depan orang banyak karena khawatir jika disebut banyak makan bisa menjadi ARIYANTO NUGROHO Wida 26, warga Kampung Adat Cireundeu, Leuwigajah, Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, menyuapi anaknya, Tian 3, saat makan siang dengan menu nasi singkong serta lauk-pauknya, Jumat 23/9. Nasi singkong yang terbuat dari singkong yang digiling menjadi tepung ini menjadi makanan pokok warga kampung adat tersebut dan masih terjaga hingga Banyak tidak menyadari dampak buruk dari adanya limbah makanan yang diperoleh dari kehilangan ataupun pemborosan pangan. Anggapan yang muncul, sampah makanan adalah sampah organik sehingga akan lebih cepat terurai di alam dan tidak memberikan dampak ternyata sampah makanan ini juga meningkatkan gas rumah kaca yang memperburuk perubahan iklim. Sampah yang membusuk di TPA, menurut riset Barilla, akan menghasilkan gas metan, yakni gas rumah kaca yang 21 kali lebih berbahaya ketimbang karbon dioksida. Riset yang sama juga menyebutkan, mengurangi sampah makanan di Amerika 20 persen akan mengurangi 18 juta ton gas rumah kaca setiap pangan ini tanpa disadari bisa menyebabkan kerugian negara. Merujuk dari laman WRI Indonesia, FAO secara global memperkirakan, makanan bernilai sekitar 940 milliar dollar AS hilang atau terbuang setiap tahun di seluruh rantai pasokan itu, FAO juga melaporkan kerugian dari food loss and waste di sejumlah negara. Makanan bernilai sekitar 32 milliar dollar AS, misalnya, dibuang di China. Di Afrika Selatan, kerugian pascapanen bernilai 4 miliar dollar AS per tahun. Adapun limbah makanan di rumah tangga dan restoran di Amerika bernilai dollar AS per tahun dan sekitar dollar AS per tahun untuk rata-rata rumah tangga di lain yang cukup menonjol, hal ini berpengaruh pada ketahanan pangan. Penelitian Ketut dan Ahmad juga menunjukkan, pengurangan pemborosan pangan 25 persen akan bermanfaat meningkatkan 4,1 kilogram per kapita ketersediaan pangan beras di Indonesia dan 2,5 kilogram per kapita beras penduduk dunia. Indonesia sebenarnya berpotensi meningkatkan ketersediaan pangan hingga ton. Jika pemborosan pangan ini bisa ditekan sampai 50 persen, tambahan ketersediaan pangan dari beras di Indonesia bisa mencakup untuk sekitar 10 juta Patria Gupta Perumahan berdiri di areal yang sebelumnya berupa persawahan di Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat 17/1/2020. Keberadaan sawah yang menjamin keberlangsungan persediaan pangan terus terancam sejalan dengan meningkatnya permintaan lahan untuk hunian. Jawa Timur merupakan lumbung padi sisi lain, saat semakin banyak orang yang membuang makanan, masih banyak orang lain yang kelaparan. Nilai Indeks Kelaparan Dunia 2019 mencapai 20, masuk kategori ”serius”. Meski dalam lima kali penghitungan angka ini menunjukkan penurunan dan perbaikan data, masih ada beberapa negara di dunia yang nilai indeksnya lebih dari 35, bahkan 50, dengan kategori ”peringatan” dan ”peringatan ekstrem”. Beberapa di antaranya adalah Republik Afrika Tengah, Yaman, Chad, Madagaskar, Zambia, Liberia, Haiti, Timor Leste, dan masa pandemi ini, kehilangan pangan dari produksi pertanian harus segera teratasi. Dampaknya tak hanya merugikan petani yang berujung pada penurunan kesejahteraan petani. Namun, kondisi ini juga mengancam ketersediaan pangan karena bisa jadi petani akan mengurangi kualitas produksinya pada masa tanam sisi lain, kebiasaan membuang makanan yang siap disantap juga harus dikurangi. Kita tidak tahu sampai berapa lama usia pandemi ini. Pangan yang tersedia harus bisa dimanfaatkan dengan bijaksana. LITBANG KOMPAS

jangan menyisakan makanan dalam piring karena itu perbuatan